Minggu, 09 Februari 2014

Just Your Angel RePost

Nb:Nae gak bermaksud lagiat ff ini sudah pernah dipublikasikan dan ff ini sebenarnya milik  http://fanficskpopindo.wordpress.com/2012/07/17/just-your-angel/ dan nae hanya RePost saja Arraseo?

 

Just Your Angel

Author: @HareTa_mi a.k.a Park Hae Yeol
Main casts :
Donghae Super Junior
Lee Soon Kyu (Sunny SNSD)
Kim Jong Woon (Yesung Super Junior)
Support casts :
Eunhyuk
Kyuhyun
Genre : romance, fantasy, school life, friendship, happy ending
Rate : PG
length : oneshot
Ps : annyeong *jeng- jeng. ini aku bawa ff lagi dan ini ff kuno alias udah di buat sejak awal” tahun 2011 dulu jd udh lbh setahun lah. udh di publih di blog author sendiri (www.haretami.wordpress.com) baru beberapa bulan yg lalu karena ini filenya sempat ilang dan author juga lupa! *gapenting!  
oke, klo d blog author jdulnya only your angel, jd beda dikitlah yg panting ceritanya sama! dan yang ga suka jangan di baca karena ini termasuk ff debut author yg ilang dulu jd taulah kemampuan authornya dulu atau sekarang. mian klo ada typonya, bahasanya yg ga banget, alurnya apalagi, ceritany yg asal” fantasy dan semuanya deh. karena author kyaknya ga bisa jg remix ini jd d baca aja. last, enjoy reading ^^

*****
Soonkyu menatap sinar bulan purnama dari kaca jendelanya. Malam itu begitu dingin, seperti perasaan hatinya. Ia sering melamun memikirkan nasib hidup yang sama sekali tidak memihak kepadanya. Setiap hari ia harus mengantarkan koran sebelum berangkat sekolah. Karena dari situlah ia bisa makan, melanjutkan pendidikan dan pastinya untuk bertahan sampai sekarang. Sering ia menyesali tuhan yang kadang tidak adil, mengambil orang tuanya, menjadikannya hidup sebatang kara, ditambah lagi teman sekelasnya. Jongwoon. Namja kaya raya itu selalu mengerjainya sehingga ia sering ditertawakan di sekolah.
Sesaat ia tersentak dari lamunannya, seseorang mengetuk pintunya. Meminta pertolongan.
“nugu jib-e??? Tolong, tolong bantu aku! jom dowa jwoyo!”
Soonkyu cepat- cepat beranjak dari kursi di samping jendela. Ketika dibukanya pintu, seorang namja berpakaian kusut, kumal dan wajahnya penuh dengan bekas luka.
Tanpa banyak bicara, Soonkyu segera membantunya masuk, menyuruhnya berbaring di kasur. Lalu ia mengambilkan obat- obat luka dan air panas.
“aw, sakit.. nappeun!! “
“oh, mian..”
“ne. Mian nado. Aku merepotkanmu. Gomawo sudah membantuku!”
“oh, cheonmaneyo!”
Kemudian namja itu mulai menjelaskan siapa dirinya karena ia seperti membaca pikiran Soonkyu yang tengah bertanya- tanya.
“jae ireneun Donghae Imnida.”
“Soonkyu imnida!”
“hm, tadi ada segerombolan orang yang mengejarku. Lalu mereka berhasil menangkapku dan akhirnya mengeroyokku sampai babak belur seperti ini.”
“nuguseyo?”
“para penagih hutang!”
Soonkyu masih terdiam mendengar pengakuan namja itu.
“sekali lagi, ghamsahamnida atas semua pertolonganmu. Aku pamit!”
“wae? Apa kau punya tempat tinggal lain?”
“… aaaahnio”
“ok, tinggal saja di sini sementara. Luka mu masih sangat parah. Nanti bila sudah membaik barulah kau boleh pergi!”
“jeongmal?”
“ne!”
Soonkyu pun menyuruh Donghae tidur di ruang tengah, sedangkan ia masih belum tidur. yeoja itu malah kembali melanjutkan lamunannya. Ia membuka jendela dan malah memilih duduk di sisi jendela itu. Tapi, ia tersadar ketika melihat wajah namja tampan yang menumpang tidur di rumahnya. Setelah wajah Donghae bersih dari bekas- bekas darah, ketampanannya baru terlihat. Soonkyu jadi memandangi namja itu. Wajahnya sangat manis ketika tidur. ia berpikir mungkin dia seseorang kiriman tuhan untuk menemaninya. Bila hal itu memang benar, maka ia tidak akan keberatan jika Donghae menumpang setiap hari di mini apertemennya itu.
*****
Pagi yang cerah, Soonkyu telah bersiap- siap dengan seragamnya dan setumpuk koran yang tadi diantarkan temannya untuk kembali di sebarkannya. Ia membuka pintu kamar, dan ternyata Donghae sudah bangun, bahkan sepertinya namja itu sudah rapi untuk memulai aktivitas.
“mau kemana? Apa berangkatnya sekolahnya sepagi ini?” tanya Donghae
“anio. Aku harus mengantarkan koran baru setelah itu ke sekolah.”
“owh, bolehkah aku ikut membantumu?”
“ha,, apa kau sudah baikan?”
“ne. Ayolah, kalau aku bantu pasti pekerjaanmu tambah ringan!”
“baiklah. Gomawo!” Soonkyu merasa semakin akrab dengan namja itu meskipun baru tadi malam mereka berkenalan.
Di perjalanan Donghae yang membawa sepeda, sedangkan Soonkyu duduk di belakangnya. Soonkyu mulai membuka cerita tentang dirinya dan Donghae juga meresponnya tapi sesekali mengangguk. Saat yeoja ini menceritakan soal Jongwoon kepada namja itu, ia malah tertawa sekeras- kerasnya, padahal situasinya sedang di jalanan.
“lalu, apa kau selalu takut dengan namja bernama Jongwoon itu?” Tanya Donghae ketika mereka memilih untuk berjalan dan menggiring sepeda.
“anio. Bukan takut, hanya saja aku takut ia membuatku malu lagi!”
“malu? Memang apa yang berani dilakukannya?”
“coba kau bayangkan, dia berani- beraninya mengambil fotoku saat aku sedang mengantarkan koran. Dan setelah itu ia menempelkan foto- foto itu di mading sekolah. Bagaimana mungkin aku tidak malu. Semua orang selalu menganggap aku yeoja yang sungguh tidak beruntung dalam hidup. Mereka mencaci maki diriku. Dan yang paling parahnya lagi, sejak kejadian itu semua orang memanggilku yeoja pengantar koran!”
“HAHAHA…”
Soonkyu benar- benar tidak memperkirakannya. Memangnya apa yang lucu? Seingatnya ia berkata tentang keluh kesahnya? Lalu…
“ugh, namja ini dari tadi terus saja tertawa tidak karuan. Apa dia senang dengan penderitaanku?” batin Soonkyu kesal.
“ehh, mian , mian…. maksudku untuk apa kau malu? Memang benarkan kau pengantar koran?”
“ahh, namja ini tidak kah berpikir dulu sebelum berkata?” pikirnya lagi dengan emosi yang tambah naik.
“memangnya orang macam apa yang tidak malu bila di panggil yeoja pengantar koran. Itu sama saja dengan menyindir orang yang susah sepertiku. Aku sudah susah, tapi malah mendapat sindiran semacam itu dari mereka? Ya, pantas saja aku merasa malu karena aku terlalu rendah di bandingkan dengan mereka- mereka itu!”
“tapi itu faktanya. Itu pekerjaanmu!” namja yang belum sampai 24 jam kenal dengan Soonkyu itu malah beraninya menjahilinya.
“owh, jadi kau minta di pukul ya?”
Spontan, Soonkyu langsung memukul punggung Donghae dengan koran. Tapi tidak sampai, karena Donghae sudah lari duluan…
*****
“hm, kebetulan semua koran sudah diantar. Dan apakah boleh aku ikut kesekolahmu?”
Soonkyu menatap Donghae tidak percaya. Memangnya apa yang akan dilakukannya nanti?
“hm, aku ingin melihat siapa Jongwoon itu. Siapa namja yang tega padamu itu!” Donghae malah tidak canggung mengatakan hal semacam itu. Baru tadi malam ia mengenal Soonkyu, tapi pagi- pagi begini sudah ingin menjadi malaikat untuknya.
“oh my god, siapa sesungguhnya namja ini? tadi dia sedikit membuat ku kesal, dan sekarang? Apa benar dia orangnya? Ku harap iya. Ku harap namja ini untuk menemani hidupku, membantu kesulitanku, dan kalau memang takdir, tidak masalah bagiku hidup dengannya!” batin Soonkyu yang tengah tersipu.
“kenapa diam saja? Bolehkan aku ikut?” Donghae memohon, Soonkyu menatapnya. Lagi- lagi senyum maut itu dipancarkannya. Pipi yeoja itu refleks memerah, tanpa ia minta.
“ne.baiklah!”
“ok, tapi…” Donghae menangkap raut merah di muka Soonkyu. Pelan- pelan di pegangnya muka yeoja itu, di rabanya pipi imut yang kemerahan itu.
“kenapa bisa merah? Apa kau sakit, alergi, atau semacamnya?” Tanya Donghae polos. Namja ini memang belum mengenal apa itu cinta? Bagaimana keadaan seseorang bila berada di sekitar cinta!
“hahhh, untung saja dia berpikir lain. Untung saja dia tidak menyadari muka merahku ini karena tersipu oleh perhatiannya tadi!” pikirnya lagi.
“anio. Mungkin hanya sedikit dingin!”
“mwo?” Donghae malah terkejut. pasalnya selama ini ia baru tau kalau dingin ada dampaknya. Sejujurnya selama hidup ia tidak pernah merasa kedinginan, meski tidak memakai mantel. Karena memang ada sesuatu yang misterius di balik diri Donghae yang tampan ini. karena sesuatu itulah ia tidak terlalu mengerti dengan dunia yang sesungguhnya.
“kenapa baru bilang kalau kau kedinginan. Ini pakai mantelku!” Donghae langsung membuka mantelnya dan memakaikannya kepada Soonkyu. Sebelumnya ia sempat menolak, karena ia juga sudah berseragam yang dilengkapi dengan jas hangat. Tapi sungguh perhatian namja itu tidak dapat di tepisnya.
“gomawo oppa.”
“ne. Sudah merasa hangatkah? Ku harap pipimu itu tidak memerah lagi. Lihatlah, seperti ada penyakit kalau warnanya merah!” Donghae kembali memegangi pipi itu dan sentuhan tangannya yang benar- benar menghangatkan.
*****
Mereka sampai di sekolah.
“oppa, ini sekolahku. Tapi, seperti namja bernama Jongwoon itu belum kelihatan. Jadi sekarang kau mau kemana?”
“ya, aku akan menunggu!”
“hah, untuk apa kau menunggu. Pasti sangat membosankan duduk bermenung sendirian dan menunggu kelasku berakhir. Apa kau mau?”
Donghae mengangguk yakin.
“kau baik- baik saja kan?” Soonkyu heran. Karena dari tadi namja ini benar- benar aneh. Sikapnya sebagai seorang yang baru dikenal memang tidak sewajarnya.
“waeyo? Apa tidak boleh aku melindungimu dari namja yang katanya jahat itu?”
“anio. Tapi…”
Donghae langsung tau apa yang dipikirkannya.
“aku akan membantu setulus hatiku. Cepatlah masuk. Nanti aku akan terus mengotrolmu dan kalau dia macam- macam aku pasti langsung datang!”
Lagi- lagi perhatian itu membuatnya tambah melting. Lalu ia meninggalkan namja itu dan membiarkannya menunggu sendirian di kursi taman.
Soonkyu menaiki jenjang karena kelasnnya berada di lantai tiga. Tampak Jongwoon yang sudah menunggu sambil berkacak pinggang.
“hei yeoja pengantar koran, apa yang kau lakukan kemarin?”
“mwo?”
Soonkyu mencoba mengingat- ingat apa kesalahannya sehingga namja itu begitu marah kepadanya.
Semua yang ada pada diri namja itu dibenci oleh Soonkyu. Sebabnya, karena secara tidak langsung orang tuanya meninggalkan karena seseorang yang ada hubungan darah dengan Jongwoon. Makanya sejak saat itu Soonkyu jadi sangat benci dengan siapa saja yang berhubungan dengan orang yang menjadikannya sebatang kara.
Tapi Jongwoon malah tidak mengetahui hal itu, dan Soonkyu juga tidak pernah memberi tahu kepastiannya mengapa ia sangan membenci namja itu. Yah, seperti itulah jadinya setiap hari mereka selalu berdebat dan ujung- ujung selalu Soonkyu yang kalah.
“mencoret- coret fotoku dan menempelkannya di mading!”
“owh, ternyata kau tau aku yang melakukannya. By the way, kau tahu dari mana?” Soonkyu tidak ingin mengelak, sampai kapanpun ia akan terus melawan semua tindakan Jongwoon kepadanya. Kalah setiap hari tidak di pedulikannya. Tidak akan pernah ia mengangkat bendera putih.
“tab, tab, tab” Jongwoon menepuk tangannya sesaat Eunhyuk dan Kyuhyun langsung berdatangan.
“hari ini di lempar ke kolam saja.” Perintah Jongwoon. Tanpa pikir panjang, teman- teman Jongwoon itu langsung menyeret Soonkyu keluar.
“ingat masih ada waktu untuk minta maaf, dan aku akan mempertimbangkannya!” tawar Jongwoon yang masih menguji nyali yeoja ini.
“anio. Anio. Terserah apa yang akan kalian lakukan. Aku tetap tidak akan pernah memaafkanmu apa lagi meminta maaf!”
“baiklah. Kalau memang pagi ini kau ingin basah kuyup dan kedinginan.”
Tiga namja itu memopong Soonkyu dan mereka siap melemparnya ke kolam di dekat taman Sekolah. Tapi, semuanya terhenti…
Sejurus kemudian, Donghae yang bagaikan malaikat ternyata benar- benar datang. Ia langsung mendaratkan pukulan pada muka Jongwoon. Akhirnya Soonkyu tidak jadi di lempar karena kekacauan yang diperbuat oleh Donghae.
“jamkkan…” ujar Jongwoon yang mulai merasa kesakitan karena serangan Donghae yang datang bertubi- tubi. Eunhyuk dan Kyuhyun tidak bisa membantu, mereka masih terpaku melihat keterampilan Donghae dalam pukul- memukul.
“mwo? Apa masih belum cukup pukulanku ini? apa kau ingin yang lebih keras lagi?”
“anio. Anio. Siapa kau? Berani sekali ikut campur dalam urasanku!”
“tidak peduli siapa aku. Sekali lagi kau macam- macam kepada yeoja ini, pukulanku akan lebih keras dari ini.”
“hahaha…” tiba- tiba saja, tiga namja populer itu menertawakan Soonkyu dan Donghae.
“hei, Soonkyu apa kau mengadu kepada namja ini? hah? Siapa dia? Namja chingu-mu?” Ledek Eunhyuk.
“plaaakkk…” Donghae lagi- lagi mendaratkan tamparannya ke muka Eunhyuk. Mereka berhenti tertawa, pikiran 3 namja itu diliputi dengan penuh tanda tanya tentang siap namja penyelamat Soonkyu ini.
“ku tanyakan sekali lagi apa urusanmu?”
“tidak perlu kau tau. Aku temannya. Aku berhak melindunginya.” Sekarang Jongwoon tidak berani tertawa, tapi tetap saja hatinya tertawa keras karena Soonkyu yang mulai mencari pertahanan.
“baiklah. Aku tidak akan mengganggunya lagi. Tapi tolong peringatkan chingu-mu ini agar segera minta maaf kepadaku dan satu hal lagi berhenti mempermalukanku.” Jongwoon, Eunhyuk, dan Kyuhyun berlalu dengan tampang sangat bad mood. Mereka jadi kesal karena sejak ada namja itu, mereka sedikit susah untuk menjaili Soonkyu.
Donghae masih berpikir keras dengan perkataan Jongwoon tadi. “siapa sebenarnya yang salah? Kenapa Soonkyu harus minta maaf kepada Jungwoon? Dan apa mungkin Soonkyu juga mempermalukan namja itu sehingga ia sering di kerjai?” Donghae masih mencari kebenarannya.
Soonkyu sadar kalau ia juga salah. Dan ia pun juga tidak memberi tahu apa yang terjadi sebenarnya kepada Donghae.
“Soonkyu, ghwenchanayo?”
“…”
“tidak usah takut lagi. Disini ada aku. Aku janji kalau mereka menyeretmu ke kolam lagi, pasti aku akan menghajar mereka sampai babak belur!” Donghae berbicara penuh antusias! padahal sesunggahnya semua itu juga tidak kesalahan Jongwoon, ia akui kalau ia juga salah.
“mianhe Donghae ssi, dari awal aku memang tidak jujur!” Donghae yang polos itu terdiam. Kemudian bel berbunyi dan mereka terpaksa tidak jadi melanjutkan pembicaraan.
*****
“apa kalian tahu siapa namja sialan itu?” Tanya Jongwoon di dalam kelas. Ia sangat kesal dengannya, karena berhasil menggagalkan rencana pembalasan pagi tadi.
“anio. Aku tidak pernah melihatnya. Tapi sepertinya namja itu bukan anak sekolahan!”
“ne.” Kyuhyun mengangguk setuju.
“tidak mungkin dia namja chingu-nya. Mana mungkin yeoja polos itu bisa punya pacar setangguh itu!” tanggap Jongwoon.
“hm, ne. Wajahnya juga lumayan tampan!” Sontak Jongwoon langsung melirik tajam ke arah Eunhyuk. Dan kyuhyun menepis semuanya.
“yang pasti namja itu akan selalu melindungi Soonkyu dari kejahatanmu!”
“eps dia datang!”
“siap- siap, kaki kalian.”
PLAKKK…
Bukannya Soonkyu yang jatuh, tapi sebuah pukulan yang sangat keras lagi- lagi mendarat di wajah Jongwoon. Donghae datang dan namja itu melompat masuk dari jendela. Soonkyu heran, dari mana ia bisa memanjat dan merambat begitu saja ke lantai tiga? Aneh. Dari tadi namja itu sepertinya benar- benar berbeda dari manusia biasanya.
*****
Seorang guru piket masuk, dan memberi tahu kalau hari ini para guru terpaksa memulangkan semua siswa karena ada rapat penting. Semuanya bersorak yes, dan langsung bersiap- siap untuk kembali lagi ke rumah masing- masing. Soonkyu menemui Donghae yang tengah bermenung di bawah pohon.
“mwo? Apa belajarnya hanya sebentar ini?” Donghae melirik jam di tangan Soonkyu.
“anio. Hari ini guru- guru rapat, dan kami semua di pulangkan!”
“owh”
“ekhm, baiklah aku akan menjelaskan semuanya. Karena aku yakin dari tadi kau terus memikirkan hal itu!”
“oh…”
“aku membenci Jongwoon karena kerabatnya menyebabkan kematian orang tuaku. Sejak saat itu aku melakukan semua hal- hal yang tidak disukainya. Tapi, aku malah mendapat balasan darinya. Ia lebih kuat dariku. Aku tidak bisa melawannya. Dan yang terpenting saat ini aku tidak akan pernah memaafkan namja itu.yeongwonhi!”
Donghae masih larut dalam pemikirannya. Ia bingung apa yang harus dilakukannya. Pasalnya ia memang tidak berpengalaman menyelesaikan masalah seperti ini. Pengalaman hidup benar- benar belum banyak, padahal dia sudah 25 tahun. Dari dulu memang ada sesuatu yang aneh dari namja itu.
*****
Suatu hari, Donghae sedikit lelah mengikuti Soonkyu seharian mengantarkan koran. Lalu ia menyuruh namja itu pulang untuk istirahat. Dengan berat hati, Donghae meninggalkannya sendirian untuk mengantarkan koran –koran itu.
Akhirnya setelah semua koran sampai pada pelanggan, Soonkyu pulang dan tidak lupa membawakan makanan untuk Donghae. Ia membuka pintu, tapi pandangannya langsung dihadang oleh sesuatu yang benar- benar baru pertama kali dilihatnya. Ia bagaikan melihat hantu, karena benar- benar gemetaran.
“ssssiapa kau sebenarnya? Nugu_ nugu?”
Donghae terkejut dan tidak sadar kalau Soonkyu sudah datang sedari tadi. Kemudian, Soonkyu malah mengambil sebuah tongkat untuk pertahanan. Ia menghadapkan tongkat itunya ke arah Donghae.
“jamkkan. Jangan takut”
“cepat, beritahu sssiapa kau. Atau aku akan berteriak… “
Namun, Donghae malah berurai air mata, Soonkyu sadar ia terlalu berlebihan. Padahal dari kemarin namja itu tidak berani macam- macam kepadanya, jadi pasti dia juga namja yang baik. Hanya saja sekarang…
“aku bukan seperti yang kau bayangkan… “ jelas Donghae lalu menghapus air matanya. “aku bukan sepertimu, seperti Jongwoon, bukan seperti layaknya seorang manusia. Mianhe, aku dari pertama juga tidak jujur padamu. Mianhe… “
Soonkyu terdiam menunggu penjelasannya berikutnya. “aku yakin aku tidak bermimpi. Dia benar- benar seperti namja dalam negeri dongeng dan merambat menjadi manusia untuk membantu sang putri, atau sekedar membantu orang yang kesulitan sepertiku. a miracle that true, i can believe it now.” Pikirnya.
“…aku sebangsa burung merpati. Dari semua populasi kami, ada yang dimasuki oleh tuhan roh manusia. Diantaranya aku. Tuhan ingin aku membantu manusia dari semua kesulitan hidupnya. Dan kau termasuk tanggungjawab ku. Ku harap kau tidak keberatan oleh aku yang berbeda spesies darimu ini untuk membantumu mengatasi kesulitah hidup.”
Soonkyu masih melongo. Ia seperti baru diceritakan cerita dongeng. Tapi bedanya sekarang itu versi aslinya. *nonfiksi. Yap, benar saja. Saat baru datang tadi Soonkyu melihat Donghae membuka bajunya lalu tampak dua buah sayap mengembang berwarna putih dari punggungnya. Namun ketika Donghae melihat Soonkyu ia langsung menyembunyikan sayap itu dan juga semua bulu- bulu putih bak merpati yang melekat di tubuhnya langsung raib di telan oleh kulitnya yang sekarang sudah kembali normal seperti manusia. Semua tanda tanya selama ini terjawab sudah. Donghae yang mengaku berumur 25 tahun sebenarnya memang baru menjalani hidup sebagai manusia, pantas saja ia kelihatan canggung kemarin- kemarin ini.
“gwhenchanayo?” Donghae melambaikan tangannya di depan muka Soonkyu.
“aku tau sulit bagimu untuk mempercayaiku. Tapi ini semua rencaya tuhan untuk kita!”
“anio. Aku percaya!” Soonkyu tersenyum simpul. Donghae malah terkejut melihat reaksi Soonkyu yang sepertinya juga aneh. Tapi terhadap yeoja itu, ia yakin kalau Soonkyu itu asli manusia. Tapi bukanlah manusia sewajarnya. Mungkin semua itu karena pengalaman hidupnya yang juga sudah sangat banyak. Atau karena terlalu sering bermimpi dan melamun?!
*****
Soonkyu merasa dirinya manusia paling beruntung sedunia. Dikirimi seorang malaikat yang menjelma menjadi manusia untuk menemani hidupnya. Selain itu, cheonsa itu juga tampan seperti cheonsa umumnya di negeri dongeng. Sejak saat itu, Soonkyu tau kalau Donghae bisa muncul tiba- tiba karena memang memiliki kekuatan lain dari sang pencipta. Semua kejahilan Jongwoon bisa teratasi, dan bahkan namja itu juga sudah mulai gerah menyusahkan Soonkyu. Yeoja itu pun juga sudah jarang mencoret- coret foto Jongwoon, karena semua itu memang tidak ada gunanya.
Ia setiap pagi tetap mengantarkan koran dan Donghae selalu membantu. Mereka setiap hari melakukan hal itu berdua, tinggal berdua, makan bersama, semua hawa dingin dijalanan mereka hadapi berdua meski Donghae selalu hangat oleh bulu- bulu di dalam tubuhnya tapi namja itu selalu berusaha menghangatkan Soonkyu. Memang itulah tugasnya. Tidak memandang siapapun yang di bantunya.
Diam- diam Soonkyu yang mungkin setengah sadar mulai menyukai malaikat itu. Padahal dari dulu dia sudah tahu, kalau manusia hanya akan bahagia bila hidup dengan sesamanya. Tapi semenjak beberapa bulan ini ia bersama Donghae, ia merasakan kesenangan itu. Ia tidak lagi mempermasalahkan kondisi Donghae Cheonsa jika sudah malam hari harus mengeluarkan sayapnya untuk menyaring energi. Sebenarnya bila tidak makan cheonsa itu tidak akan apa- apa, tapi Soonkyu sebagai manusia malah berpikir kalau tidak makan, bisa- bisa Donghae sakit.
Donghae mengikuti semua kemauan Soonkyu, kecuali untuk satu hal…
“kau tau apa yang kurasakan setelah berhari- hari, berminggu- minggu, bahkan sudah lebih dari satu bulan kita hidup bersama… “
Donghae tidak mengerti maksudnya.
“kau sangat indah. Dan seperti seorang namja yang dulu masuk ke dalam mimpiku. Dari dulu aku benar- benar ingin bertemu dengan cheonsa yang tampan. Dan sekarang lebih dari bertemu, malahan bisa hidup denganmu.”
Donghae benar- benar tersipu dengan pujian itu. Ia juga baru tahu kalau malaikat sangat favorit di kalangan manusia.
“hiduplah selamanya denganku?”
Cheonsa yang tengah menikmati pujian dari Sunny itu terperangah, sebagaimana tugasnya hanya membantu manusia mengatasi kesulitan. Biasanya kalau kesulitan itu sudah terjamin tidak akan terjadi lagi, maka ia akan pergi. Tugasnya sudah selesai untuk seorang manusia. Dan ia tinggal menunggu tugas- tugas lain.
“tapi, aku dikirim bukan untuk hidup bahagia denganmu. Aku hanya membantumu agar tidak kesulitan, setelah semuanya teratasi dan bisa kau jalankan sendirian, maka dengan berat hati mungkin aku akan meninggalkanmu.”
Soonkyu kecewa. Ternyata tuhan tidak sepenuhnya membagi kebahagiaan itu. Kebahagiaan itu hanya datang dan pergi. Tidak akan abadi. Ia menitikkan air mata, semua perasaan cintanya selama ini tandas begitu saja oleh permintaan sang pencipta. Sang malaikat benar- benar tidak tega bila melihat manusia tanggungannya menangis, kemudian dengan kehangatan bulu- bulunya yang muncul dan juga sayapnya,ia memeluknya. Sayap Cheonsa itu juga mendekap ke depan, menghangatkan yeoja yang tengah bersedih.
“mianhamnida. Aku bukan manusia. Aku hanya cheonsa yang tidak pantas dicintai oleh manusia sepertimu. Derajat kalian terlalu tinggi bila dibandingkan dengan bangsaku. Aku hanya bermodal wajah, aku tidak bisa melakukan pekerjaan, belajar, menikmati hawa nafsu seperti kalian para manusia. Kita benar- benar jauh.”
Air mata Soonkyu malah mengalir semakin deras. Rasa sakit hatinya sudah tidak bisa di tepiskan.
… Tidak sengaja ia larut dalam pelukan hangat sang malaikat sampai tertidur. Donghae melepaskan pelukannya. Malaikat itu memeluk manusia sekenanya karena mereka memang tidak merasakan indahnya sentuhan itu. Benar, mereka tidak punya hawa nafsu.
Ia melihat Soonkyu yang sudah menutup mata dengan tampang yang sangat lelah. Di angkatnya yeoja itu ke kamarnya lalu menidurkannya. Di kembangkannya selimut, di usapnya kening yeoja itu, lalu diciumnya.
*****
Saat bangun tidur Soonkyu merasakan sesuatu yang aneh dari biasanya. Benar- benar berbeda dari kondisi semula. Biasanya setiap pagi ia selalu dibangunkan oleh siulan merdu sang malaikat. Namun pagi itu ia terbangun dengan sendirinya. Dan ia bergegas mandi, siap- siap dan berangkat sekolah. Kemudian di samping tempat tidur ia melihat sepucuk surat, ia yakin itu dari Donghae,
Annyeong haseyo….
Mianhe Soonkyu, aku tidak membangunkanmu. Karena ku lihat kau masih enak tidur dan juga aku ingin satu hari ini kau istirahat dulu untuk bekerja. Koran- koranmu sekarang sedang kuantarkan. Satu hal lagi, mianhamnida aku tidak mengucapkan salam perpisahan secara langsung kepadamu. Tugas ku sudah selesai. Ini hari terakhir aku membantumu. Setelah itu kau akan bisa menjalani kehidupan normalmu tanpaku. Karena bantuanku selama sudah cukup membantumu untuk bertahan. Gomawo sudah memuji ku yang hanya sebuah cheonsa ini. satu hal yang harus kau ingat, aku akan selalu di hatimu, mendampingimu tapi untuk ke depannya kau tidak lagi bisa melihatku. Karena seperti yang kukatakan dulu, semua tergantung pada tuhan. hope you haven’t a hard life. I wish you to be happy for times later. Good bye Soonkyu, always happy and give a shine for your life, for yourself and for all peoples. Annyeonghi jhumuseyo…
Soonkyu tidak kuasa membaca surat itu, ia langsung berlari memasang sepatu, dikuncinya pintu lalu berlari- lari ke jalanan. Ia berharap masih di beri kesempatan melihat Donghae untuk yang terakhir kalinya. Ia segera melalui jalanan yang biasa di lewatinya ketika mengantarkan koran. Ia yakin Donghae pasti masih mengantarkan koran, dan selagi kesempatan itu masih ada ia akan berusaha. Setiap rumah yang menjadi langganan koran di datanginya, tapi katanya pemilik rumah Donghae sudah mengantarkan koran itu dari tadi pagi. Rumah terakhir yang ia datangi, pemiliknya berkata belum ada koran yang datang. Soonkyu tersenyum, itu tandanya Donghae pasti sedang menuju ke rumah ini dan ia akan bertemu. Soonkyu pun memilih duduk di sekitar jalanan dekat komplek rumah itu.
Hm, Seingatnya Jongwoon juga tinggal di komplek elit ini, tapi biarkan saja kalau memang dia melihatnya nanti. Yang terpenting saat itu adalah DONGHAE.
Mobil BWM hitam dengan kemewahannya melaju kencang di jalanan itu, Soonkyu malah terkejut karena mobil itu telah menabrak seseorang. Sang pemilik mobil keluar, tapi sepertinya itu sopirnya yang keluar. Soonkyu melihat barang bawaan korban yang tertabrak itu. Satu buah koran harian Korea.
“DONGHAE!!!” teriaknya dan yeoja itu langsung berlari mengahampiri. Benar, itu sang malaikat.
Ini adalah sebuah cara tersendiri oleh tuhan untuk mempertemukan dua makhluk yang akan berpisah.
Sebenarnya Donghae bila ditabrakpun tidak akan apa- apa, tapi karena siatuasi saat itu, makanya ia tetap harus berlaku seperti manusia wajarnya. Sang pemilik mobil akhirnya keluar karena mendengar isakan yeoja yang menyebut- nyebut nama Donghae.
“SSSSoonkyu???”
“kkkau,,, “Soonkyu berdiri menghampiri Jongwoon dan langsung menghadang namja itu karena telah menabrak Donghae.
“kkkau, apa tidak melihat Donghae yang lewat. Berani sekali kau menabraknya!” Jongwoon melihat korban tabrakan supirnya tidak sadarkan diri. Ia jadi merasa bersalah, karena memang tadi itu ia yang menyuruh supirnya agar berjalan dengan cepat.
“mianhamnida. Aku tidak sengaja!”
“apa katamu? Tidak sengaja!” Soonkyu malah menampar keras namja itu.
“mianhe Soonkyu! Sungguh aku tidak tau kalau supirku akan menabrak seseorang* (baca: malaikat)”
“KAU INI, DARI DULU SELALU MENYUSAHKAN HIDUPKU. TIDAK PERNAH HAL BAIK YANG PERNAH KAU LAKUKAN KEPADAKU. KAU TAHU TIDAK MENGAPA AKU BEGITU MEMBENCIMU? KARENA KERABATMU JUGA YANG MENYEBABKAN ORANG TUAKU MENINGGAL! DAN SEKARANG KAU JUGA MENABRAK DONGHAE!”
Soonkyu keceplosan. Mulutnya berbicara refleks. Hati Jongwoon semakin luluh oleh pengakuan itu, oleh penderitaan itu. Ia benar- benar baru mengerti semuanya pagi itu.
Ternyata saat Soonkyu sudah meredam emosi Donghae sadar.
“DONGHAE, ghwenchanayo?”
Soonkyu menghampiri malaikat itu dengan wajah serba cemas. Ia langsung memeluk cheonsa itu. Jongwoon melihat hal itu. Pagi itu pikirannya benar- benar diliputi segudang pertanyaan. Ia ingin segera mencari kebenaran dari pengakuan kenapa Soonkyu membencinya tadi, tapi ia ingat kalau harus bertanggung jawab terhadap namja* (*baca: malaikat) yang tertabrak olehnya tadi.
“Soonkyu mianhamnida do. Untuk menebus kesalahanku, aku akan mengantarkan chingu-mu ini ke rumah sakit!”
“anio. Nae ghwenchana. Hanya hampir tertabrak!” tolak Donghae.
Soonkyu memegang muka, kepala, kening cheonsa itu untuk menyakinkan kalau ia memang tidak apa- apa.
“sudahlah. Kami juga tidak perlu bantuanmu. Kau orang kaya tidak perlu berbelas kasihan. Ayo kita pergi, Donghae!”
Soonkyu membantu Donghae berdiri, lalu mereka hilang dari pandangan Jongwoon.
Namja itu sekarang merasa orang yang paling murka di dunia. Ia selama ini membuat Soonkyu menderita. Menjaili yeoja yang tinggal sebatang kara. Dan semua itu karena dirinya, karena keluarganya. Ia benar- benar baru tahu kalau kecelakaan appa dan eomma yeoja itu karena kerabatnya. Ia benar- benar menyesali hal itu. Memang penyesalan itu akan selalu datang terakhir.
*****
Donghae dan Soonkyu berdiri memandangi jernihnya air sungai di pinggir jalan.
“kau jahat.”
“….” Donghae diam, dan tidak sanggup mengucapkan salam perpisahan itu secara langsung. Padahal tadi ia sudah menulisnya di sebuah surat. Dan memang tuhan sudah mengatur semuanya, agar ia bertemu dulu dengan Soonkyu dengan cara tadi.
“kau harus ingat siapa aku. Aku tidak akan abadi bisa membahagiakanmu. Semua yang terjadi sudah diatur oleh sang pencipta. Kita hanya menjalaninya. Aku mohon, biarkan aku pergi. Aku masih punya tugas yang lain. Kalaupun kau mencintaiku, tapi itu percuma. Aku tidak menyukaimu, aku tidak memiliki hawa nafsu. Bahkan aku tidak bisa merasakan apa itu cinta yang selama ini sangat indah dalam pandangan manusia!”
“berjanjilah untuk selalu di sisiku, meski aku tidak dapat lagi melihatmu!”
Donghae berhasil menyadarkan manusia itu.
“ne. Aku akan selalu singgah dalam mimpimu, mendampingi setiap langkahmu. Ku yakin kau akan selalu menyimpan surat yang ku tulis untukmu tadi pagi!”
“ne. Akan selalu kubawa kemanapun surat itu. Gomawo sudah membantu mengatasi kesulitanku. Aku tidak akan melupakanmu. Tidak akan pernah. Ya Donghae, malaikat/ sesuatu paling berkesan dalam hidupku… “
Soonkyu mengangkat kepalanya, dan mencoba menyeka air mata. Ia menghadap kesamping. Tidak ada lagi. Malaikat itu tidak tampak wujudnya, entah kemana hilangnya.
“Donghae. Aku tidak bisa melihatmu lagi. Tapi seperti pesanmu tadi, kau selalu di hatiku, di sisiku. Aku yakin kau masih disini. Ku tau kau sudah berbicara untuk merespon perkataanku. Hanya saja aku tidak mendegarkan ucapan itu secara langsung. Tapi, hatiku masih mendengarnya!” ucap Soonkyu lirih.
*****
Ia berjalan menyusuri jalanan trotoar di tengah kota. Lagi- lagi ia bertemu dengan namja yang saat ini tidak ingin dilihatnya.
“Soonkyu. Dimana chingu-mu tadi? Apa sudah kau bawa ke rumah sakit?”
“ia sudah pergi!” jawabnya datar.
“pergi, kemana? Memangnya dia sudah baikan!”
“sudah. Dia sudah pergi ke tempat yang paling jauh dari dunia ini!”
“aku tidak mengerti!”
“hah, yang jelas Donghae sudah pergi, dengan penuh ketenangan. Dan aku dan dia tidak akan bertemu lagi!”
Barulah Jongwoon paham dengan ucapan terakhir itu.
“mianhe nado… mianhe…”
“tidak ada yang perlu dimaafkan!”
Soonkyu beranjak pergi, tapi spontak Jongwoon malah memeluknya.REFLEKS. Pelukan pertama yang abadi itu benar- benar hangat. Pikirannya tidak pernah sampai untuk di peluk oleh Jongwoon. Jangankan di peluk, berdamai saja sudah membuat pikirannya tambah kacau.
Jongwoon merasakan kehatan pelukan itu. Ia semakin memeluk Soonkyu dengan erat meski yeoja itu memberontak ingin dilepaskan.
“aku tau aku salah!” Jongwoon melepaskan pelukan itu. Soonkyu menggeram tidak terima.
“…”
“kesalahanku memang sudah tidak dapat di hitung lagi. Aku mengerti hatimu sudah terluka sangat dalam olehku. Tapi aku tidak akan membiarkan semua kesalahanku itu membekas di hatimu. Tolong beri aku kesempatan untuk menebus semuanya!”
Soonkyu sama sekali tidak tersentuk dengan ucapan namja itu.
“lupakan saja!” Soonkyu pun beranjak pergi, Jongwoon pun memegangi tangannya untuk mencegah.
“tolong, beri aku kesempatan untuk berbuat baik kepadamu!”
“sekali lagi, tidak ada yang harus kau lakukan. Lupakan lalu pergi!” Soonkyu menepis tangannya, tapi Jongwoon terlalu kuat memegangi.
“Soonkyu, tolong beri aku kepastian. Aku berjanji…”
“lupakan saja janji itu!” ketus Soonkyu. Lalu di tepisnya pegangannya Jongwoon, lalu segera pergi dan berlari.
Jongwoon terpaku dengan penuh penyesalan.
“karena aku masih memliki perasaan, makanya aku ingin memperbaiki semuanya untukmu. Karena aku peduli makanya aku mau. Dan karena aku sadar akan diriku, akan perasaanku. Tapi kau tidak membalasnya, kau abaikan begitu saja. Kau tidak suka kalau aku jahat, dan sekarang aku ingin berubah kau tambah tidak suka. Lalu sekarang apa? Aku tidak tau apa alasanmu untuk itu. Aku tidak bisa mengembalikan orang tuamu. Aku hanya ingin mendampingimu dalam mengarungi hidup ini. Ya, aku memang harus mencoba semua cara!” pikir namja itu.
*****
Seperti habis didatangi malaikat, di pagi hari yang dingin itu Jongwoon juga mengantarkan koran ke rumah- rumah tetangga seperti halnya yang dilakukan Soonkyu. Namja itu ingin mempelajari pola kehidupan Soonkyu. Sekalian Jongwoonjuga ingin membantu Soonkyu. Ia mengetuk pintu apartemen yeoja itu. Namun, sudah berkali- kali diketuk, Soonkyu masih belum membukakan pintu. Yap, Yeoja itu masih sibuk beres- beres di kamar sambil memasang earphone.
Jongwoon yang sedari tadi mengetuk pintu akhirnya berinisiatif untuk membuka pintu itu langsung, karena siapa tau tidak di kunci dan bisa jadi ada sesuatu yang terjadi dengan Soonkyu.
“annyeong, ada orang di rumah?”
Tidak ada jawaban. “annyeong, Soonkyu apa kau di dalam kamar?”
Soonkyu masih memakai earphone sambil mengikuti nyanyian itu. Sesaat Jongwoon pun mendengar suara nyanyian dari dalam kamar. Jongwoon yakin Soonkyu ada di dalam. Dan ia pun memilih duduk untuk menunggu.
Ten minutes later…
“AAA….” Soonkyu berteriak sekeras- kerasnya.
“yak, yak, yak… jangan berteriak. Nanti tetanggamu berpikir yang aneh- aneh tentang diriku!” Jongwoon menutup mulut Soonkyu, meredakan teriakannya.
“hey, mau apa kau? Jangan berani macam- macam!”
Kemudian Jongwoon malah mendekat, Soonkyu mengikuti dengan langkah mundur. Jantungnya berdegup kencang, karena masih belum tau tujuan namja itu masuk tanpa permisi ke apartemennya. Ia khawatir tentang apa yang akan dilakukan namja ini.
“Donghae, Donghae….” Ia terus menyebut- nyebut nama sang malaikatnya dulu. Kemudian Jongwoon menghentikan langkahnya. Dan Sunny menghembuskan nafas leganya.
Tapi jaraknya dengan Jongwoon sangat dekat. Ia kesulitan untuk menjauh karena punggungnya sudah bersentuhan dengan dinding. Lalu Jongwoon pun mengangkat sesuatu dari tangannya. Koran! Soonkyu lega tapi ia malah tambah bingung.
“apa kau sudah siap? Ayo kita sama- sama mengantarkan koran!”
Soonkyu pun menjauh dan mengambil setumpuk koran di meja.
“rencana apa lagi ini?” masuk seenaknya ke apartemen yeoja yang tinggal sendirian. Apa kau tidak pernah diajarkan oleh orang tuamu?”
“anio.. mianhe. Tadi aku terpaksa masuk karena kau belum juga membukakan pintu. Dan kebetulan juga tidak di kunci!”
“sudahlah. Apapun caramu, aku tetap tidak akan berubah. Sekarang cepat keluar sebelum aku berteriak lagi!”
“tapi…”
“KELUAR!!!”
*****
Sejak kejadian pagi itu, Jongwoon bukannya gerah, tapi ia malah semakin semangat untuk melanjutkan rencana itu. Seperti komitmen awal, ia masih mengantarkan koran, setiap pagi ia mampir ke apartemen Soonkyu dan setiap pagi pula ia digeretak oleh yeoja itu. Tidak hanya itu, Jongwoon setiap hari juga selalu mengantarkan harian Seoul ke apartemen yeoja itu, tapi baru saja melihat covernya, Soonkyu langsung membuang koran itu. sebabnya saat pertama kali ia menerima harian itu, Jongwoon juga menyelipkan surat. Dan isinya selalu mianhe, mianhe, and mianhe.
Suatu ketika Soonkyu mendapat kiriman asian magazine, tapi bukan Jongwoon yang mengantarkannya. Tukang pos. Ia sedikit curiga, karena bisa saja kali ini Jongwoon yang menyuruh tukang pos itu. Karena juga penasaran apa isinya akhirnya Soonkyu membuka majalah itu. Di dilihat- lihatnya dari awal dan isinya masih normal, tidak ada yang aneh. Ia mengakhiri membaca majalah itu, tapi di cover belakang tenyata terselip secarik kertas.
“hah, sampai kapan kau mau gerah? Apa kau tidak ada matinya ingin berdamai denganku? Lupakan saja! Aku juga tidak marah lagi!” batin Soonkyu.
Soonkyu membaca tulisan di kertas itu.
Sekarang setiap pagi aku juga mengantarkan koran sepertimu. Kulakukan semua itu demi dirimu. Aku tidak tau kenapa aku bisa mau melakukan hal bodoh ini? dan orang bodoh mana juga yang ingin melakukannya hanya demi yeoja yang selalu menggertaknya di pagi hari. Soonkyu ku ingin kau bersinar di hatiku. Bersinarlah selamanya agar aku dapat mendampingi hidupmu. Agar aku dapat menggantikan orang tuamu. Agar aku bisa menggantikan Donghae, temanmu yang juga sudah pergi itu. Selama ini aku sudah berbuat sangat jauh. Sekarang keputusan ada di tanganmu. Aku sekarang masih mengantarkan koran, dan bisa jadi ini yang terakhir. Karena aku ingin menyampaikan langsung kepada orang tuamu yang di surga atas penyesalanku. Datanglah kemari, rumah tetanggaku nomor 14, dan kalau kau ingin berpesan kepada orang tuamu di surga nanti pasti ku sampaikan!
“hah, apa yang dia lakukan? Bunuh diri? Anio. Tidak mungkin!tidak mungkin. Tidak boleh!!!”
Tanpa pikir panjang lagi, Soonkyu langsung berlarian keluar. Di tinggalkannya koran- koran yang belum diantar itu. Karena ia takut nantinya orang tua Jongwoon malah balik berbalas dendam karena Jongwoon bunuh diri demi yeoja sepertinya. Ia terus berlari, berlari, dan berlari.
Nafasnya yang masih terengah- engah akhirnya lega ketika melihat Jongwoon masih memegang satu koran di depan rumah nomor 14. Soonkyu menghembuskan nafas panjang. Jongwoon pun melempar koran terakhir itu. Namja itu kemudian berbalik, serta merta matanya bertatapan dengan mata Soonkyu. Pandangan mereka saling bertemu. Soonkyu berlarian ke arahnya, ia tidak kuat menahan perasaan lagi. Ia memeluk namja dengan segala cintanya. Jongwoon tersenyum dan membalas pelukannya dengan hangat.
Pagi hari di tengah kota itu, mereka melakukan adegan mesra itu, tidak peduli siapapun yang melihat atau tidak.
“jangan bunuh diri dulu!” mereka pun saling melepaskan pelukan.
“hah, siapa yang bunuh diri?”
“jangan bohong. Surat yang tadi itu apa?”
“surat yang mana?” Jongwoon mengerutkan keningnya. Seingatnya ia tidak pernah memberi ancaman semacam itu kepada Soonkyu. Sesaat Donghae yang sudah tidak terlihat lagi berkata di hati Soonkyu kalau ia yang mengirimkan surat itu. Dan ternyata Donghae yang membantu mengabutkan rencana Jongwoon dengan mengirimkan surat itu.
“lalu ini… yakin, bukan tulisanmu!” Soonkyu melihatkan surat itu. Jongwoon membacanya. Lalu ia tertawa terkekeh- kekeh. Tapi Jongwoon tampak senang. Karena keajaiban itu benar- benar ada. Tadinya ia berharap agar Soonkyu pagi itu juga memaafkannya. Dan semuanya benar, malaiakat telah menolongnya. Tuhan memang merencanakan semua itu.
“anio. Anio!”
Soonkyu akhirnya percaya dengan ucapan donghae di hatinya tadi. Ia malah tambah lega karena Jongwoon masih baik- baik saja.
“hm, ketahuan sekali kau mencemaskanku. Bilang saja yang sesungguhnya. Jangan terlalu lama memendam perasaan itu!” ucap Jongwoon menggoda.
Soonkyu malu dengan dirinya. Ia memukuli Jongwoon, untuk melampiaskan rasa malu dirinya pagi itu. Ia masih belum bisa mengungkapkan apa itu cinta.
Di sela- sela pukulannya, Jongwoon memegangi kedua tangannya. Lalu namja itu mendaratkan bibirnya. Soonkyu terdiam membaca isi hati Jongwoon. Mereka kemudian berpelukan dengan hangat. Burung- burung yang bertengger di atas pohon berkicau dengan riang.
*****
Wonderful today, tomorrow, and forever together with you. Semuanya berubah menjadi lebih cerah. Seiring dengan beranjaknya waktu, sejak saat itu Jongwoon lah manusia yang menggantikan Donghae. Bedanya ia tidak tinggal di rumah yeoja itu.
Setiap pagi mereka menyusuri jalanan pagi yang dingin untuk melemparkan koran ke halaman para langganan. Seperti sebuah lampu yang menyala di hati Jongwoon, namja itu berubah 180 derajat terhadap Soonkyu. Dan begitu juga dengan Soonkyu. Tidak ada lagi pertengkaran diantara mereka, keduanya sama- sama mengangkat bendera perdamaian. Di hati Soonkyu, Yesung sukses menggantikan Donghae. Bahkan mungkin lebih, karena Jongwoon akan selalu membantunya, hidup dengannya dan mencintainya. Selamanya.
Donghae menatap dengan senyuman simpulnya dari langit ke tujuh
End
 *tinggalin jejak wajib TT ><

Tidak ada komentar:

Posting Komentar