Senin, 10 Februari 2014

[Ficlet] Primitive Disease RePost

 Nb:Nae gak bermaksud plagiat ff ini sudah pernah dipublikasikan dan ff ini sebenarnya milik exoshidaefanfic.wordpress.com/2013/05/14/ficlet-primitive-disease/ dan nae hanya RePost saja Arraseo?

  [Ficlet] Primitive Disease

primitive-disease-hansun
Primitive Disease || Written by pearlshafirablue || Staring by Lu Han [EXO-M] – Lee Sunkyu [GG] || Fluff – Romance – Friendship || Teen || Ficlet
Disclaimer
All of the characters are belong to God and themselves. They didn’t gave me any permission to use their personality in my story. Once fiction, it’ll be forever fiction. I don’t make money for this.
A/N
Miris ngeliat tag namanya Sunny unnie yang kecil banget di EXOShidae. Dan jadilah FF ini!
-o0o-
            “Kau pernah jatuh cinta?”
Sunkyu berhenti mengunyah French fries-nya seraya menoleh ke arah sumber suara. Luhan duduk di sebelahnya, tangannya berkutat dengan sebuah balok kecil yang disebut remote. Seketika, film Twilight; Eclipse, langsung berganti menjadi sebuah acara masak.
“Sejak kapan kau datang?” Komentar Sunkyu—menghiraukan pertanyaan Luhan yang menurutnya tidak penting itu.
“Kau pernah merasa harimu menjadi 2 kali lebih cerah, 2 kali lebih berwarna dan 2 kali lebih menyenangkan?”
Sunkyu menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Ia kembali mengunyah kentang goreng yang teronggok di pinggir piring. Apa Luhan sedang sakit?
“Pernahkah kau merasa bahwa darah di dalam tubuhmu mengalir lebih cepat? Atau jumlah detak jantungmu terasa lebih banyak?” Luhan kembali mengucapkan pertanyaan-pertanyaan anehnya. Matanya menerawang ke atas—ke langit-langit kamar Sunkyu.
Ya! Kalau kau hanya ingin bersyair disini lebih baik kau keluar.” Keluh Sunkyu—tangannya meraba-raba piring kentang goreng yang sudah bersih tak bersisa. “Oiya, kalau kau keluar, sekalian bawakan aku kentang goreng lagi ya.” Pinta Sunkyu sembari memberikan piring melamin berwarna putih tadi kepada Luhan. Matanya sibuk mencari-cari kertas tisu.
“Pernah tidak, merasa bahwa kau adalah orang paling bodoh di dunia, rela melakukan apa saja demi seseorang. Rela dilempar kapur oleh seongsaenim karena tidak memperhatikan pelajarannya dan hanya melamunkan sosok sempurna itu. Pernah tidak?” Senyum Luhan mengembang lebih besar. Ia berbicara seolah-olah perintah Sunkyu barusan hanyalah suara televisi.
“Luhan? Kau gila? Sinting? Siapa yang telah memukulmu?” Sunkyu mengangkat satu alisnya dan memasang wajah enek. Gadis tomboy ini benar-benar tidak mengerti apa yang dibicarakan Luhan sekarang. “Tunggu sebentar.” Mendadak Sunkyu tersadar. Sekonyong-konyong kepala mungilnya itu berbalik—menghadap ke arah Luhan yang masih melukis plafon kamar Sunkyu dengan imajinasinya. “Apa kau…”
“—sedang jatuh cinta, Luhan?”
Mendadak wajah Sunkyu terkena hantaman keras. Ia menarik benda yang telah membuat hidungnya nyeri itu. Luhan memukul wajahnya dengan sebuah bantal. “Ya! Apa-apaan?!”
“Kau yang apa-apaan! Kenapa kau baru menyadari bahwa aku jatuh cinta?! Bukankah aku sudah mengucapkannya tadi?” Gerutu Luhan kesal. Bibir Luhan yang awalnya melengkung ke bawah kini jadi rata seperti ekspresi wajahnya.
“Kenapa kau jadi menyalahkan aku? Apa normal seorang lelaki bodoh yang hobinya menggaruk pantat masuk ke dalam kamar perempuan cantik yang sedang nikmatnya menikmati kentang goreng dengan bumbu balado dan tiba-tiba saja membacakan puisi aneh di depannya? Ayolah, ini bukan kelas sastra.”
Pernyataan panjang-lebar Sunkyu tampaknya berhasil membuat Luhan terkekeh. Sunkyu hanya bisa mendengus sebal dan menahan amarahnya menghadapi lelaki-bodoh-tukang-ngupil-dan-menggaruk-pantat—yang buruknya, sudah menjadi tetangganya selama lebih dari 2 tahun ini.
Anyway, siapa gadis bodoh yang berhasil membuatmu dimabuk cinta seperti ini?”
“Hm? Siapa? Kau benar-benar mau tahu? Dia—”
“Ah tidak penting. Lebih baik kau bantu aku mencari tisu. Apa kau tidak lihat mulut dan bibirku? Penuh dengan garam dan bumbu balado!” Sunkyu kembali menggerutu. Ia sangat sebal memiliki tetangga yang menyebalkan dan tidak ada gunanya seperti Luhan.
“Kemari, biar aku bersihkan.” Sekonyong-konyong Luhan menarik lengan mulus Sunkyu. Dan tanpa bisa Sunkyu sadari, Luhan menempelkan bibirnya di atas bibir Sunkyu yang masih penuh garam. Ia menciumnya perlahan dan menjilat butir-butir garam yang tersisa disana.
Sunkyu meneguk salivanya dengan susah payah. Adrenalinnya seolah diminta untuk bekerja lebih keras. Ia tidak berani menatap iris almond Luhan. Pandangannya kini menjadi terpaku pada tekel-tekel lantai kamarnya yang berwarna biru langit.
“Kau mendapat 2 keuntungan dari ciumanku tadi.” Tiba-tiba Luhan bersuara. Dengan terpaksa Sunkyu mendongak. “Yang pertama, bibirmu sudah bersih dan kau tidak lagi harus mencari kertas tisu. Dan yang kedua, kau tahu sekarang siapa gadis bodoh nan tolol yang membuatku bersyair seperti tadi.”
Sunkyu terpana mendengar pernyataan Luhan barusan. Ia yakin jika saat ini mereka hanya sedang bersenda gurau di depan televisi sambil menikmati popcorn sehat buatan Nyonya Lee, pasti Luhan akan menertawai ekspresi bodohnya ini. Tetapi ini bukan saat yang tepat untuk tertawa. Bahkan jika Luhan benar-benar tertawa Sunkyu tidak yakin akan bisa memberinya pelajaran—walaupun hanya sekedar mencubitnya.
Luhan akhirnya mundur beberapa langkah ketika sadar bahwa Sunkyu tidak merespon apapun. Ia tersenyum ke arahnya sambil melambaikan tangan. Tubuhnya perlahan berbalik memunggungi gadis cantik bernama Sunkyu itu. Pintu kamar Sunkyu nyaris saja tertutup saat tiba-tiba terdengar sebuah suara,
“Apakah aku sebodoh itu, Luhan?”
Yang bersangkutan, sekonyong-konyong menoleh. Mengangkat satu alisnya heran.
“Memang aku selalu mendapat nilai C untuk pelajaran sastra di kelas, tapi memangnya aku sebodoh itu?” Gumam Sunkyu—seulas senyum terbentuk di bibir mungilnya. “Betapa tololnya aku membuat lelaki sok tampan sepertimu berhasil membuat syair murahan seperti itu.” Sunkyu kembali berucap. Luhan hanya bisa memandangi setiap gerakan bibir Sunkyu. “Dan yang lebih bodoh lagi…”
Hening.
Luhan tetap menunggu.
“—kurasa, aku juga merasakan hal yang sama denganmu.”
-o0o-
Kau pernah merasa harimu menjadi 2 kali lebih cerah, 2 kali lebih berwarna dan 2 kali lebih menyenangkan?
Pernahkah kau merasa bahwa darah di dalam tubuhmu mengalir lebih cepat? Atau jumlah detak jantungmu terasa lebih banyak?
Pernah tidak, merasa bahwa kau adalah orang paling bodoh di dunia, rela melakukan apa saja demi seseorang. Rela dilempar kapur oleh seongsaenim karena tidak memperhatikan pelajarannya dan hanya melamunkan sosok sempurna itu. Pernah tidak?
Jika jawaban dari semua pertanyaan di atas adalah ‘iya’, berarti kau sedang dalam lingkupan perasaan aneh yang tidak bisa didefinisikan secara harfiah maupun istilah. Setiap mahkluk di dunia ini pernah merasakannya—sekalipun hewan (walaupun aku tidak tahu pasti. Ayolah! Mencari tahu apakah hewan pernah jatuh cinta itu adalah kegiatan terbodoh di dunia!). Perasaan itu akan selalu meracuni pikiranmu. Dan ketika sindrom ini menyerangmu, kau sudah tidak bisa berpikir secara logis. Bahkan otakmu sudah tidak bisa kau gunakan. Kau hanya bisa mengandalkan hati saat ini.
Sindrom—penyakit—perasaan—gangguan—atau apalah istilahnya itu bernama cinta.
Primitif sekali bukan?
- Luhan -
.
.
|| THE END ||
 P.S
Haloha~~ How about this? Huahaha aku bener-bener pengen bikin FF Sunny lagi, dan jadilah FF ini dalam 2 jam. Bener-bener keburu-buru-_-a semoga aja nggak terlalu mengecewakan. Maaf kalo cerita ini terlalu pasaran~~ Aku nggak terlalu jago buat FF dengan genre ini-_-a Sunny dan Luhan yang sama2 cimit2 ini nggak cocok kalo aku jadiin FF Psycho xD Oiya, selain itu, for your information, aku buat 2 versi, yang satunya lagi adalah ini hanya cast-nya aja yang beda dan barangkali kalian nggak suka sama pairing ini c:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar