Nb:Nae gak bermaksud plagiat ff ini sudah pernah dipublikasikan dan ff ini sebenarnya milik https://exoshidaefanfic.wordpress.com/2013/04/26/7723/comment-page-1/ dan nae hanya RePost saja Arraseo?
[Freelance] Sunny
“Sunny”
“Senyum itu,
menghangatkan hati Chanyeol, Sunny. Nama yang cocok bukan? Gadis yang
selalu berhasil meninggalkan kehangatan serta rasa nyaman untuk Chanyeol
seperti sinar matahari di pagi hari”
Tittle: Sunny
Author: Park Genie
Length: One-Shot
Genre: Romance & Sad
Main cast: Sunny & Park Chanyeol
N.B. : Cerita ini berasal dari
naskah film pendekku dan teman-teman yang masih dalam proses produksi
sekarang. Terima kasih sudah mau membaca. Find my others FF here: http://kidsforeverkids.wordpress.com/
Bunyi ranjang berderit singkat saat beban
di atasnya bergerak. Sepasang kaki mungil turun, menginjak lantai kayu.
Sang pemilik kaki masih duduk di tepi ranjang, meregangkan otot-ototnya
baru kemudian perlahan berdiri, menimbulkan derit sekali lagi pada
ranjang yang sudah benar-benar di tinggal kosong pemiliknya.
Sunny, melangkahkan kaki mungilnya ke
arah jendela, mendongakan kepala, membiarkan hangat sinar matahari
menyinari wajah putih miliknya.
CEKLEK
Suara pintu dari belakang terdengar,
Sunny memutar tubuh menghadap pintu. Detik berikut, dahi nya berkerut,
menatap datar pada sosok gadis berparas cantik, mungkin hanya terpaut 3
tahun lebih tua darinya.
“Anneyong Sunny-ah, kau suka matahari pagi ini?”
“apa aku mengenalmu?”
“oh ya maaf, aku Yonaa. Kakakmu” gadis
yang menyebut dirinya Yoona sekaligus kakak Sunny tersenyum ramah sambil
berjalan mendekat pada Sunny.
Sunny masih ragu, ia tak bergerak. Mencoba meresapi semua penjelasan Yonna. Kakak? Apa dia benar-benar punya kakak?
“kau mengalami kecelakaan minggu lalu,
mengakibatkan sedikit gangguan di kepalamu. Kita semua masih menunggu
hasil pemerikasaan dokter dan kau tahu? Hasil pemeriksaanmu keluar hari
ini, jangan khawatir kau pasti sembuh” tambah Yoona seakan bisa membaca
pikiran Sunny.
“tapi aku merasa baik-baik saja,” Sunny tampak memutar bola mata sebelum mengakhiri satu kata terakhrinya.
“Yoona-ssi..” manik matanya menatap tepat
pada manik mata Yoona. Yoona tersenyum lirih, mendengar nada keraguan
saat Sunny menyebut namanya, seperti ada beribu jarum yang di
tusuk-tusuk tepat ke hatinya.
“aku bisa mengingat semuanya” Sunny
menamambahkan. Ya, Sunny yakin, dia ingat semuanya. Ia ingat kecelakaan
yang di alaminya, buku-buku yang pernah di bacanya juga tempat favouritenya memandang laut. Kehidupannya sama sekali tak berubah, tak ada yang terlupakan menurutnya. Sekali lagi, menurutnya.
“secara fisik, kau memang baik-baik saja Sunny-ah..” Yoona memberi jeda, jeda pada diri sendiri, jeda untuk adik kesayangannya.
“hanya saja, kau tidak bisa mengingat
orang lain dengan baik” kalimat terakhir di selesaikan Yoona seiring
oksigen yang terasa menghilang di sekitarnya.
***
“aku akan menjemputmu setelah aku pulang
dari rumah sakit” suara Yoona menahan gerakan Sunny untuk membuka
pintu. Di gerakkan tubuh gadis mungil itu menatap Yoona.
“tidak perlu Yoona-ah, aku tahu, sangat
tahu arah jalan pulang. Bukankah katamu aku hanya tak bisa mengingat
orang lain? Sampai bertemu di rumah, terima kasih sudah mau mengambil
hasil pemerikasaanku, dan hati-hati” Sunny tersenyum singkat. Tanpa
menunggu respon Yoona, ia membuka pintu mobil dan melangkahkan kaki
keluar.
Yoona menghela nafas lemah, memerhatikan sosok Sunny yang sekarang sudah hilang di balik pintu masuk sebuah kafe.
***
Sunny duduk di bangku paling sudut kafe, tempat favouritenya.
“Sunny-ah anneyong!, mau pesan menu
seperti biasa atau ada yang lainnya?” Sunny mendongak, tampak gadis
muda, lebih muda dari dirinya mungkin.Tersenyum manis, lengkap dengan
pakaian kerjanya, memegang kertas dan sebuah pensil.
Beberapa detik Sunny hanya menatap sang pelayan, sebelum bola matanya beralih pada benda panjang kecil di dada kiri si pelayan, name tag.
“hmm, Taeyon-ssi?” Sekarang Sunny menopang dagu, bola matanya meneliti menu. Yang di panggil namanya, mengangguk antusias.
“Well, mungkin kita bertemu di
sini setiap hari. Tapi maaf, aku tidak bisa mengingatmu. Kau tahu,
kakakku bilang ingatanku mengalami gangguan, entah apa itu hasilnya
belum di ketahui.
Jadi, maaf kalo aku bersikap menyebalkan.
Aku pesan menu biasa, Taeyon-ssi” Sunny mendongak lagi, menatap Taeyon,
sudut bibirnya tertarik ke atas, menghasilkan senyum, senyum manis.
Taeyon mengerjapkan mata beberapa kali, terkejut dengan informasi yang baru masuk melalui gendang telinganya.
“ah begitu? Pantas saja..” Taeyon tampak bingung. Sunny masih tersenyum.
“baiklah Sunny-ssi, aku akan segera
kembali dengan pesananmu” tambah Taeyon, balas tersenyum, lalu pergi.
Membiarkan papan menu di sana. Mungkin Sunny berubah pikiran? Menambah
pesanan?
Baru beberapa detik Sunny menatap biru lautan yang menjadi pemandangan andalan kafe ketika sebuah suara terdengar.
“Halo” kali ini seorang pria. Cukup
tampan, rambut ikal kecoklatan, tinggi yang bagi Sunny sangat-sangat
tinggi, belum lagi wajah tampan serta senyumnya. Memamerkan deretan gigi
putih sang pria. Usianya? Mungkin sama dengan Sunny.
“Maaf, bolehkah aku duduk di sini?”
tambah pemilik suara berat itu, yang pertama terpikirkan oleh Sunny
adalah; dengan suara seperti itu, pria di hadapannya ini pasti seorang rapper.
Pikiran berikutnya; ada banyak tempat
duduk kosong, kenapa pria ini harus duduk di tempat kesukaannya? Apa
hanya alasan? Untuk mengajaknya berkenalan? Oh, alasan itu terdengar
masuk akal, benar-benar masuk akal.
Si pria tampak sabar menunggu Sunny bersuara, matanya tak beralih dari milik Sunny yang tengah menatapnya datar.
“silahkan” satu kata itu tiba-tiba
terlontar pelan dari tenggorokan Sunny. Sang pria tampak senang, tanpa
buang waktu ia segera mendudukan dirinya di bangku yang berhadapan
dengan Sunny.
“aku hampir setiap hari ke sini dan yah ini tempat kesukaanku” bola mata Sunny tampak membesar.
“kau juga suka duduk di sini?” tanya Sunny. Tampak tertarik dengan pria di hadapannya.
“iya.. eh? Juga? Maksudmu kau juga?” Sunny menganggukan kepala pelan.
“Aku Park Chanyeol” sang pria mengulurkan sebelah tangannya, Sunny tampak berfikir.
“Sunny” ia menerima uluran tangan Chanyeol.
“Nama yang indah” puji Chanyeol.
“terima kasih” Sunny baru akan melanjutkan kegiatan menatap laut biru ketika Taeyon datang dengan pesaanya.
“Mojito Blueberry dan zupa soup” Taeyon meletakkan pesanan Sunny di atas meja.
“terima kasih Taeyon-ssi” Sunny tersenyum
singkat sebelum mengaduk Mojitonya. Taeyon mengangguk, mengalihkan
perhatian pada Chanyeol.
“kau mau pesan apa?” tanyanya ramah. Chanyeol memamerkan deratan gigi putihnya lagi.
“berikan aku yang sepertinya” tunjuk Chanyeol pada pesanan Sunny.
“Baiklah, tunggu sebentar” Taeyon pergi lagi. Sunny masih mengaduk Mojitonya yang sekarang sudah berwarna merah tua.
“Kenapa kau memilih menu yang sama denganku?” Chanyeol menatap Sunny, gadis itu tak menatapnya balik. Fokus pada Mojito.
“Mojito dan zupa soup? Menurutku
itu perpaduan yang langka. Panas dan dingin. Aku penasaran, jadi tak
salah kan kalo aku mau mencobanya juga?” Sunny hanya mengangkat bahu,
memutar badan, menghadap laut, membelakangi Chanyeol.
“Sunny, aku ke toilet sebentar” Chanyeol
bangkit, meninggalkan meja. Sunny menoleh, memerhatikan punggung
Chanyeol yang semakin jauh.
***
“Chanyeol-ah” langkah pria tinggi itu
terhenti, seorang gadis di sisi kirinya sedang berdiri dengan sebelah
siku menjadikan tumpuan pada meja kasir. Chanyeol tersenyum.
“Taeyon-ah, anneyong”
“dia masih belum mengingatmu?”
“seperti itulah, Yoona bilang ingatannya mengalami masalah akibat kecelakaan itu”
“masalah tentang mengenali orang lain?” tebak Taeyon, dari eskpresi Chanyeol ia tau, kata-katanya benar.
“aku tadi sempat bicara dengannnya, dia
memberitahuku” tambah Taeyon, seakan bisa menebak pikiran Chanyeol.
Chanyeol mengangguk mengerti.
“dia akan mengingatmu Chanyeol-ah, Sunny.
Bagaimanapun, kalian sepasang kekasih. Sejauh apapun ingatan itu hilang
dari pikirannya, bagian lain dari dirinya akan selalu mengingatmu, di
sini” telunjuk Taeyon menunjuk tepat ke hati Chanyeol.
Chanyeol tersentak dengan kata-kata Taeyon.
“Gomawo Taeyon-ah, kau benar-benar tau
cara menenangkan perasaan orang lain” benar. Taeyon benar, hal itu
bahkan tak terpikirkan olehnya.
Ia melangkahkan kaki-kaki panjangnya
kembali menuju meja sambil membawa pesanan miliknya sendiri. Chanyeol
mendapati Sunny sedang meniup-niup zupa soupnya.
“panas?” Sunny mendongak.
“hmm sedikit” kembali meniup sesendok zupa, sebelum di suap masuk ke mulutnya.
“kau sangat suka zupa soup?”
Chayeol bersuara lagi, melihat Sunny yang dengan antusias terus memakan
zupanya tanpa jeda. Well, sebelum ia bertanya tentunya. Sunny menutupi
mulut dengan sebelah tangan, berusaha menelan sisa zupanya sebelum
bicara.
“sangat” desiran hangat tiba-tiba
memenuhi hati Chanyeol. Hanya satu kata dan seulas senyum. Pandangan
Chanyeol tampak terkunci pada Sunny yang lagi-lagi sibuk dengan zupa soupnya.
Senyum itu, menghangatkan hati Chanyeol,
Sunny. Nama yang cocok bukan? Gadis yang selalu berhasil meninggalkan
kehangatan serta rasa nyaman untuk Chanyeol seperti sinar matahari di
pagi hari. Gadis yang sangat-amat di cintainya hampir 3 tahun belakangan
ini.
***
“Prosopagnosia?” Sunny menatap lekat sebuah kertas, kertas hasil pemerikasaannya.
“Kau termasuk pengidap parah. Karna kau
mengalami kesulitan tidak hanya dalam mengingat wajah tapi juga nama
orang yang sudah kau temui, beserta kejadian yang ada hubungannya dengan
mereka.” Sunny mengalihkan pandangan pada gadis cantik di hadapannya,
gadis bernama Yoona dan mengaku sebagai kakaknya itu malah menghindari
tatapannya.
“oh jadi ini alasan mengapa aku selalu
merasa kaget ketika mendapati bayangan diriku sendiri di depan cermin?
Alasan mengapa aku tak bisa mengingatmu atau orang-orang lain di
sekitarku?” nada suara Sunny nyaris tanpa emosi tapi hal itu malah
memberi dampak sebaliknya untuk Yoona.
Gadis itu sedang berusaha mengontrol
emosinya, menahan genangan air di ujung pelupuk mata agar tak jatuh. Ia
sendiri baru tahu ada jenis penyakit seperti ini, yang ia tahu selama
ini hanyalah amnesia.
Demi tuhan, Yoona lebih rela bila adiknya mengidap amnesia dari pada prosopagnosia! Ingatan yang hilang akibat amnesia masih bisa di kembalikan atau bisa membuat ingatan baru, tapi prosopagnosia? Bahkan para dokter sendiri masih tidak yakin cara ampuh untuk menyembuhkan para penderita penyakit ini.
Bagi Yoona, tak ada yang lebih
menyakitkan dari pada setiap pagi melihat Sunny menatapnya bingung,
setiap pagi ia harus memperkenalkan diri pada adiknya, setiap pagi
mendapat tatapan datar-nyaris dingin dari adiknya, seakan-akan dirinya
benar-benar orang asing bagi Sunny.
***
Sunny memandang kosong hamparan laut biru di hadapannya, dia seperti raga tanpa nyawa. Mojito blueberry dan zupa soup pesanannya
di biarkan saja di atas meja. Sunny memejamkan mata, mencerna sekali
lagi efek dari penyakit yang di deritanya, menyedihkan. Ia merasa
dirinya sangat menyedihkan. Mengenal orang lain dalam kehidupan adalah
salah satu hal penting,sangat-amat penting di kehidupan ini..
Memiliki banyak orang yang mengenalmu
berarti orang-orang akan selalu mengingatmu kan? Entah kenangan baik
atau buruk yang kau tinggalkan setidaknya mereka masih akan tetap
mengingatmu. Lalu bagaimana bila kau tidak bisa mengingat orang lain?
Oh tidak, bahkan mengingat wajahmu sendiri saja sulit. Apa yang kau
harapkan? Orang lain akan selalu mengingatmu?
“Hai” sebuah suara berat menghentikan
pikiran-pikiran Sunny. Ia membalikkan tubuh, memeringkan sedikit kepala,
menatap pria bertubuh tinggi yang berdiri di dekat mejanya sambil
memegang nampan berisi.. mojito blueberry dan zupa soup?
“hai” suara berat itu terdengar lagi. Sunny hanya menatap lekat mata sang pemilik suara.
“boleh aku duduk di sini?” Sunny spontan
mengedarkan pandangan kepenjuru kafe setelah mendengar pertanyaan pria
asing di hadapannya. Masih banyak tempat kosong, lalu kenapa pria ini
memilih tempat duduk yang jelas-jelas ada pemiliknya?
Bertentangan dengan hati kecilnya, Sunny
malah mengangguk singkat, membuat sang pria asing tersenyum cerah dengan
deretan gigi putih rapinya.
“Aku Park Chanyeol, maaf kalo mengganggumu tapi, ini tempat duduk kesukaanku” Sunny mengerjapkan mata beberapa kali.
“Kau juga suka duduk di sini? Aku Sunny”
Senyum Chanyeol semakin merekah. Desiran hangat memenuhi hatinya, lagi.
Sunny sedang tersenyum, matanya sedikit menyipit dan Chanyeol suka itu,
sangat suka.
“dan apa itu juga menu kesukaanmu?” Chanyeol mengikuti pandangan Sunny pada minuman dan makanan miliknya. Chanyeol terkekeh.
“Ya, seseorang membuatku ketagihan pada
menu ini” Sunny mengerjapkan mata, lagi. Entahlah, walaupun Sunny baru
mengenal pria bernama Chanyeol ini, ia seperti sudah sangat-amat
mengenal senyumnya.
Sebelah tangan Sunny tiba-tiba merogoh
tasnya, tidak butuh waktu lama ia menemukan apa yang di cari. Sebuah
foto. Seorang gadis dan pria berlatar belakang taman kota, tampak sangat
bahagia.
“Chanyeol-ssi, sepertinya aku mengenalmu” Chanyeol nyaris tersedak mojitonya mendengar kalimat Sunny, bola matanya membulat.
“kau bilang apa?” nafas Chanyeol memburu,
menuggu jawaban Sunny selanjutnya. Sunny masih menatap lekat selembar
foto di tangannya, lalu ia mendongak, mengunci tatapan di mata Chanyeol.
“Aku mengenalmu Park Chanyeol, kita
saling mengenal bukan? Oh sepertinya kita sepasang kekasih..” sunny
tampak ragu dengan kalimat terakhirnya, di serahkan selembar foto tadi
pada Chanyeol.
“lihat di bagian belakang” Chanyeol
mengikuti perintah Sunny, senyumnya mengembang. Perasaan hangat semakin
memenuhi hatinya, seakan tak mampu menampung, rasa hangat itu menyebar
hingga ke wajah Chanyeol, menyisakan rona merah di sana.
10/05/2010
Chanyeol & Sunny
Chanyeol tahu kalimat itu, bukankah ia
sendiri yang menulisnya? Foto pertama yang di ambil ketika Sunny
menerima pernyataan cintanya. Saat itu adalah kenangan terbaik yang
pernah di milikinya.
“Chanyeol-ssi, maaf aku tak bisa
mengingatmu” suara Sunny membuyarkan lamunan Chanyeol. Di tatapnya
Sunny, menunggu kalimat selanjutnya.
“aku mengalami gangguan memori. Pernah dengar prosopagnosia?
Aku pengidap parah. Penyakit yang menyebabkan penderitanya sulit untuk
mengingat wajah dan nama orang yang di temui beserta kejadian yang
berhubungan dengan orang itu” Sunny menjelaskan dengan lancar, tanpa
ragu. Seperti sudah mengulangnya berkali-kali.
Chanyeol tersenyum singkat, senyum yang
mengisyaratkan kesedihan tertahan. Chayeol sudah tahu, bahkan sebelum ia
menemui gadis kesayangannya ini.
Yoona menelponnya tadi pagi. Memberitahu
semua tentang penyakit yang di derita Sunny akibat kecelakaan tempo
hari. Hanya saja, rasa sakit yang di rasa berbeda saat Yoona yang
menyampaikannya.
Mendengar langsung dari Sunny dengan
eskpresi nyaris tanpa emosi jelas lebih menyakitkan baginya. Hatinya
sakit, Sunny berbicara seakan-akan gadis itu tidak punya tujuan lagi
untuk hidup, Chayeol benci itu.
Selama ini, Sunny selalu menyinari
hari-harinya, menghangatkan hati dengan senyuman, dan melengkapi
hidupnya. Seperti bumi yang tak bisa hidup tanpa matahari, begitulah
Chanyeol tanpa Sunny.
“Hei, bukankah kita harus merayakan sesuatu hari ini?” Chanyeol tak merespon.
“di lihat dari tanggal yang tertera di
foto itu, bukankah ini hari yang sama seperti tiga tahun lalu?” tambah
Sunny berhasil membuat Chanyeol merespon.
***
Matahari sudah terbenam, suasana tamanpun
tampak tak terlalu ramai. Mereka berdua duduk di bangku taman, Chanyeol
sibuk menancapkan lilin-lilin di atas kue blueberry kesukaan Sunny.
Sunny sendiri asik memperhatiakan
Chanyeol, sebelah tangannya tampak penuh oleh sebuket mawar merah
pemberian Chanyeol, tanda jadi mereka yang ketiga kali.
“haruskah kita mengucapkan permohonan?”
Chanyeol mengangkat kue dengan kedua tanganya tepat di antara wajah
mereka berdua. Api-api kecil menyala dari lilin-lilin di atas kue.
Sunny menggguk setuju, mereka menutup mata, mengucapkan permohonan masing-masing dalam hati.
“Aku tahu tidak banyak kebahagian yang
bisa ku bagi dengan pria di hadapanku ini sekarang. Jadi Tuhan aku
mohon, jangan putuskan kebahagiannya, bila memang benar aku mataharinya,
sumber segala cahaya dan kebahagiannya maka bantu aku untuk terus
menjadi mataharinya, entah tanpa ku sadari atau tidak..”
“Terima kasih Tuhan, setidaknya untuk
saat ini matahariku kembali, aku tahu esok tak akan sama seperti hari
ini, tapi aku berjanji, tidak akan berhenti dan akan terus menemuinya,
mengingatkan tentang kami setiap harinya. Jadi aku mohon, kembalikan
Sunny-ku seutuhnya, entah kapan itu aku akan selalu menunggu”
—–END—–
Tidak ada komentar:
Posting Komentar